0 Comment
Seorang mandor sedang memeriksa tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Tukang yang pertama ditanya oleh sang mandor, ”Pak, Apa yang sedang bapak kerjakan?” Tukang tersebut menjawab singkat, “Saya sedang menyusun batu bata, Den.” Demikian penjelasan tukang pertama, persis seperti apa yang memang sedang ia kerjakan yaitu menyusun batu bata.

Sang mandor kemudian beralih ke tukang yang kedua dan ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, “Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Kali ini jawaban sang tukang sedikit berbeda, “Saya sedang membangun sebuah tembok, Den.” Bahkan tukang yang kedua inipun bisa menjelaskan panjang dan tinggi tembik tersebut serta di mana ia mulai dan kapan ia selesai membangunnya.

Terakhir, sang mandor menghampiri tukang yang ketiga dan kembali bertanya, “Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Maka tukang yang ketiga pun menjawab, “Saya sedang membangun sebuah rumah yang sangat indah, Den.” Selain itu, tukang yang ketiga ini pun bisa menjelaskan bentuk, ukuran dan warna rumah tersebut beserta bahan-bahan yang digunakan dalam membangun rumah tersebut. Lebih dari itu, tukang ketiga ini pun mampu mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang bakal terjadi di rumah tersebut. “Pokoknya, rumah ini nantinya sangat bagus dan istimewa kalau sudah jadi, Den.”

Dari ketiga tukang tersebut, mana yang menurut Anda akan bekerja dengan lebih baik?

Jawabannya tentu saja tukang yang ketiga. Mengapa?

Apa yang membedakan tukang pertama, kedua, dan ketiga? Jawabannya adalah VISI.

Tukang yang pertama tidak memiliki visi. Baginya yang penting adalah mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya yaitu menyusun batu-bata.

Tukang yang kedua sudah memiliki visi namun visi yang dimilikinya masih sebatas membangun tembok.

Sebaliknya, Tukang yang ketiga memiliki visi yang sangat jelas mengenai seperti apa rumah yang sedang dibangunnya itu. Bukan hanya itu, tukang yang ketiga ini pun menyadari sepenuhnya bahwa dirinya merupakan bagian dari visi tersebut.

Sepintas perbedaan visi ini nampaknya tidak memberikan perbedaan. Toh, ketiga tukang tersebut tetap bekerja dengan baik.

Namun bila diperhatikan dengan teliti, semangat, ketekunan, ketelitian, dan gairah dari ketiga tukang di atas benar-benar berbeda.

Tukang yang pertama memulai pekerjaan dengan mengeluh. Pada saat bekerja, ia mengerjakan tugasnya tidak dengan sungguh-sungguh. Ketika batu-bata yang disusunnya kurang rapi, ia pun tidak berusaha membetulkannya kecuali bila ia ditegur oleh sang mandor. Beberapa saat sebelum waktunya pulang, tukang yang satu ini pun sudah membersihkan dirinya saat sang mandor memberitahu bahwa jam kerja sudah selesai,maka tukang ini pun segera bergegas meninggalkan tempat kerjanya.

Perilaku yang benar-benar berbeda diperlihatkan oleh tukang yang ketiga. Ia memulai pekerjaannya dengan riang gembira dan penuh semangat karena ia sudah memiliki gambaran mengenai keindahan rumah tersebut. Ia berusaha memasang batu bata yang disusunya serapi mungkin. Seandainya terdapat batu bata yang kurang rapi susunannya maka ia pun segera membetulkannya.

Selain itu, sebelum pulang, ia pun selalu menyempatkan diri memeriksa hasil pekerjaannya. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila tukang yang ketiga memberikan hasil kerja yang lebih memuaskan dibandingkan tukang yang pertama.

“Vision without work is day dream, work without vision is a nightmare.” – Japanese Proverb.

Posting Komentar Blogger

 
Top